Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Marasmus



MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK 
SISTEM PENCERNAAN:  MARASMUS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliahKeperawatan Anak










Di sususn oleh :



POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2014/2015



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada anak marasmus.Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan.Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
            Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa dorongan, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan rasa terimakasih
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca.




















BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.(Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik.Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.Pemberian terapi cairan dan elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

B.       TUJUAN
Tujuan dari pembuatan  makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya  pada anak.
C.       MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISI
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.(Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
B.     KlASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema   : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema            : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema      : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema   : marasmik kwashiorkor(Ngastiyah, 1997)
C.    ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)


D.    PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
E.     MANISFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1.      Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2.      Lethargi
3.       Irritable
4.      Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5.       Ubun-ubun cekung pada bayi
6.       Jaringan subkutan hilang
7.       Malaise
8.       Kelaparan
9.       Apatis
F.     PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).

G.    PATHWAY
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv4ENzNzoKrRffqwGWyT52ISEXo4LXgnb2LvHGWkfdwUVNtoZV1xfmvPvDOG2pKL7QvJ_LTp_wHLBiOxc1XInkIl_4Y4L9cR4fKX5_BM4dZi35hIqyhYXuSE_dWY6Iq6vckQeLjrgBZsX6/s400/Capture6.JPG


H.    PENATALAKSANAAN
1.      Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2.      Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3.      Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4.      Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
       Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
         Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
         Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
         Pengobatan infeksi
         Pemberian makanan
         Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
a)      Menurut Arisman, 2004:105
·         Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
·         Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
·         Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
·         Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
·         Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
b)        Menurut NuchsanLubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1)      Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
        cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
        Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
        Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
       Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari. 
2)      Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
·         Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
·         Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
·         Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
G.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.  Pemeriksaan Fisik
         Mengukur TB dan BB
        Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
        Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
        Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2.      Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.








BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.       Pengkajian
1.      Identitas
a.       Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b.      Usia dan nomor Rekam Medik.
c.       Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2.      Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
         Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3.      Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data Subjektif
1)     Rasio berat badan
2)     Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3)      BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

4.      Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus.Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5.      Masukan atau intake nutrisi
·         Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.
·         Melaporkan / terlihat kurang makan.
·         Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

6.      Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
a.       Data Objektif
1.     Data umum
a.       Perubahan rambut :Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas    bila ditarik).
b.      Warna kulit lebih muda: Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c.       Tinjaencer : Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d.      Adanya ruam “bercak bersepih”: Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e.   Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f.  Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan protein.
g.    Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h.    Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i .    Mulut dan gigi :Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j.     Kaji adanya anoreksia, mual.

B.       Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.









C.        Rencana perawatan

NO
No dx
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
I
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral
1.     Dapatkan riwayat diet

2.     Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3.     Sajikan makansedikit tapi sering
4.     Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
1.Untuk mengetahui  asupan kalori
2.untuk meningkatkan selera makan



3.meningkatkan asupan nutrisi
4.proses penyembuhan pada anak
2.
II
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :






1.     Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
2.     Monitor jumlah dan tipe masukan cairan


3.     Ukur haluaran urine dengan akurat
1.mengetahui keadaan umum

2.mengetahui intake dan output
Cairan dalam tubuh
3. mengetahui output cairan dalam tubuh



3.
III
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
1.    Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
2.   
Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi

3.    Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
1.mengetahui keadaan umum

2.untuk meningkatkan personal hygiene

3.mempelancar peredaran darah
4.
IV
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
1.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2.       
3.      Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
4.       
Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control infeksi
Berikan antibioticsesuai program

1.meningkatkan kebersihan personal

2.mencegah terjadinya infeksi


3.meningkatkan pengetahuan pada keluarga


4.mencegah infeksi
5.
V
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien


Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
1.agar keluarga pasien mengetahui kesehatan lebih lanjut
2.program kesehatan


3.proses pemulihan penyakit

4.meningkatkan pengetahuan orang tua

D.      IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.      Mendapatkan riwayat diet
2.       Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3.      Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4.      Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5.       Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
6.      Menyajikan makansedikit tapi sering
7.       Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

E.   EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu meningkatkan masukan oral.




BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.

B.     SARAN
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih












DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Lubis,N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.
http://www.cerminduniakedokteran.com.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit, Edisi .Jakarta : EGC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan congenital dislocation of the hip

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Fraktur