Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Marasmus
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
SISTEM
PENCERNAAN: MARASMUS
Diajukan untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Mata kuliahKeperawatan Anak
Di sususn oleh :
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII
KEPERAWATAN MAGELANG
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada anak marasmus.Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan.Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa
dorongan, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan rasa terimakasih
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.(Dorland,
1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering
ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai
penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung,
malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada
saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat
di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik.Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.Pemberian
terapi cairan dan elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti
masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.Penanganan KKP berat Secara garis
besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah
ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai cara mendiagnosis
dini dan mekanisme terjadinya pada anak.
C. MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan anak
dengan PENYAKIT MARASMUS Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai
dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI
Marasmus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.(Suriadi, 2001:196).
Marasmus
adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi
adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
Dapat di
simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot.
B. KlASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di
lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan
terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor(Ngastiyah, 1997)
C. ETIOLOGI
Penyebab
utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999)
Marasmus
dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,
gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
(Dr. Solihin, 1990:116)
D. PATOFISIOLOGI
Kurang
kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet.
(Arisman, 2004:92).Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi
setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi
asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan
keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan
menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
E. MANISFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan
datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut
diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan
sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1.
Badan kurus kering tampak
seperti orangtua
2.
Lethargi
3.
Irritable
4.
Kulit keriput (turgor kulit
jelek)
5.
Ubun-ubun cekung pada bayi
6.
Jaringan subkutan hilang
7.
Malaise
8.
Kelaparan
9.
Apatis
F. PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi
otot dan manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam
amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat
membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).
G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini
memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2.
Pemberian
terapi cairan dan elektrolit.
3.
Penatalaksanaan
segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4.
Pengkajian
riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang
berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Penanganan
KKP berat
Secara garis
besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
Upaya pengobatan, meliputi :
Pengobatan/pencegahan
terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
Pencegahan
jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
Pengobatan
infeksi
Pemberian
makanan
Pengidentifikasian
dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah
jantung.
a)
Menurut Arisman, 2004:105
·
Komposisi ppemberian CRO (Cairan
Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi
dehidrasi.
·
Cara pemberian dimulai sebanyak 5
cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian
tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
·
Cairan sebanyak itu harus habis
dalam 12 jam.
·
Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan
ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
·
Berika makanan cair yang mengandung
75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
b)
Menurut NuchsanLubis
Penatalaksanaan
penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1)
Tahap awal :24-48 jam pertama
merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi
atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
cairan yang
diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
Mula-mula
diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
Kemudian
140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
Cairan
diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2)
Tahap penyesuaian terhadap pemberian
makanan
·
Pada hari-hari pertama jumlah kalori
yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg
BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
·
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari
hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/
hari.
·
Waktu yang diperlukan untuk mencapai
diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB
dan BB
Menghitung
indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
Mengukur
ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya
adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Status gizi
juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka
dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin,
kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
BAB III
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
a.
Perawat yang merawat klien
melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang: nama perawat, nama
klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan
topik yang akan dibicarakan.
b.
Usia dan nomor Rekam Medik.
c.
Mahasiswa menuliskan sumber data
yang di dapat.
2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada
klien / keluarga yang datang :
Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Focus
pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data
Subjektif
1) Rasio berat
badan
2) Kehilangan BB
dengan asupan makan yang adekuat.
3) BB 20% atau
lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.
4. Tinggi
aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan
kasus marasmus.Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih
tua terjadi penurunan produktivitas kerja.
5. Masukan atau
intake nutrisi
·
Melaporkan asupan makan yang
tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.
·
Melaporkan / terlihat kurang
makan.
·
Melaporkan
perubahan dalam hal merasakan makanan.
6. Pengetahuan
tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya
pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
a. Data
Objektif
1. Data umum
a. Perubahan
rambut :Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus,
mudah lepas bila ditarik).
b. Warna kulit
lebih muda: Seluruh tubuh /
lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c. Tinjaencer : Disebabkan
gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam
“bercak bersepih”: Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang
sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e. Gangguan
perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit
karena makanan kurang mengandung kalori dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya
anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan
berbagai vitamin.
i . Mulut dan gigi :Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j. Kaji adanya
anoreksia, mual.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit
volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
C.
Rencana perawatan
NO
|
No dx
|
Tujuan & kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
I
|
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral
|
1. Dapatkan riwayat diet
2. Dorong orangtua atau anggota
keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Sajikan makansedikit tapi
sering
4. Sajikan porsi kecil makanan
dan berikan setiap porsi secara terpisah
|
1.Untuk mengetahui asupan kalori
2.untuk meningkatkan selera makan
3.meningkatkan asupan nutrisi
4.proses penyembuhan pada anak
|
2.
|
II
|
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu,
turgor kulit baik.
Intervensi :
|
1. Monitor tanda-tanda vital
dan tanda-tanda dehidrasi
2. Monitor jumlah dan tipe
masukan cairan
3. Ukur haluaran urine dengan
akurat
|
1.mengetahui
keadaan umum
2.mengetahui
intake dan output
Cairan
dalam tubuh
3.
mengetahui output cairan dalam tubuh
|
3.
|
III
|
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
|
1. Monitor kemerahan,
pucat,ekskoriasi
2.
Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
3. Massage kulit Kriteria hasil
ususnya diatas penonjolan tulang
|
1.mengetahui
keadaan umum
2.untuk
meningkatkan personal hygiene
3.mempelancar
peredaran darah
|
4.
|
IV
|
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas
normal
|
1.
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
2.
3.
Pastikan semua alat yang
kontak dengan pasien bersih/steril
4.
Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur
control infeksi
Berikan antibioticsesuai program
|
1.meningkatkan
kebersihan personal
2.mencegah
terjadinya infeksi
3.meningkatkan
pengetahuan pada keluarga
4.mencegah
infeksi
|
5.
|
V
|
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola
hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
|
Tentukan
tingkat pengetahuan orangtua pasien
Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
Dorong
konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
Berikan
informasi tertulis untuk orangtua pasien
|
1.agar
keluarga pasien mengetahui kesehatan lebih lanjut
2.program
kesehatan
3.proses
pemulihan penyakit
4.meningkatkan
pengetahuan orang tua
|
D. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
1. Mendapatkan
riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain
untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Meminta anak
makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4. Mengunakan
alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan
bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
6. Menyajikan
makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan
setiap porsi secara terpisah
E. EVALUASI
KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu meningkatkan masukan oral.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Marasmus adalah salah satu
bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di daerah
perkotaan.Penyebabnya
merupakan multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor
penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap
marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan
penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan
tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal,
tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik
kwashiorkor, maramus maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan
gizi di Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan
sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan
agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.
B. SARAN
untuk pembuatan
makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi
pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E.
1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk.
2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC).
Mosby
Lubis,N. U.
2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta :
FKUI.
McCloskey, Joanne C.
1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005.Panduan Diagnosa Keperawatan
Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso.
Prima Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan
Anak Sakit, Edisi .Jakarta : EGC
Komentar
Posting Komentar