Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kwarsiorkor



MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
“KWARSIORKOR”

Description: C:\Users\TOSHIBA\Downloads\Poltekkes Depkes Semarang.jpg

DISUSUN OLEH:


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN MAGELANG
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
KWARSIORKOR

A.    DEFINISI
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman, RE.1994).
Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah, 2005).
Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu, dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqXw_6EXePWSI4_uMTCXt0tb8uYlu0g5Xvm67ufYQN6D2PQ0p-jyvDpvCc7C75ABl76Ze2kbiBWwKxoZR4EWnpAAGS5D98x6Zkf4-rJbK7YSp9A19Tza3weLM9aw1oy-RuKKKdyCq1I0E/s320/9563.jpg
B.     ETIOLOGI
Selain oleh pengaruh negative faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negative dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorbsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
C.     PATOFISIOLOGI
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energy dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolic dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari otot ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatis dan koma.
2.      Pertumbuhan lambat.
3.      Edema.
4.      Anoreksia dan diare.
5.      Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subkuts tipis dan lembek.
6.      Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
7.      Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin  B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
8.      Anak mudah terjangkit infeksi.
9.      Pertumbuhan terganggu (BB dan TB kurang dari standar).
10.  Terjadi defisiensi vitamin dan mineral.
Menurut Soetjiningsih, 1998 gejala klinis Kwashiorkor antara lain :
1.      Pertumbuhan terganggu (merupakan gejala terpenting). Selain berat badan juga tinggi badan kurang di banding anak sehat.
2.      Perubahan mental, biasanya pasien cengeng atau apatis.
3.      Ditemukan edema ringan maupun berat.
4.      Terjadi gangguan gastrointestinal. Anoreksia yang hebat hingga cara pemberian makannya harus personde, diare dan muntah karena terjadinya intoleransi makanan.
5.      Perubahan rambut, tampak kusam, kering, halus, jarang dan beruban.
6.      Kulit mengalami perubahan yaitu hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit yang dalam dan lebar, kelainan khas pada Kwashiorkor ini disebut “Crazy Payment Dermatosis”.
7.      Pembesaran hati karena adanya perlemakan hati.
8.      Anemia juga selalu ditemukan.
9.      Kelainan kimia darah : Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih tinggi, kadar kolesterol serum rendah.
10.  Hampir semua organ mengalami perubahan seperti : degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan sebagainya.




E.     KOMPLIKASI
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya system imun. Tinggi maksimal dan kemampuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistic mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor adalah :
1.      Defisiensi zat besi.
2.      Hiperpigmentasi kulit.
3.      Edema anasarka.

F.      PROGNOSIS
Dengan pengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang ideal. Pertumbuhan fisis hanya terpaut sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
1.      Umur
2.      Asupan gizi anak
3.      Pengobatan
4.      Ada tidaknya komplikasi



G.    PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan kwashiorkor adalah :
1.      Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
2.      Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
3.      Makanan diberikan secara bertahap karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
4.      Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5.      Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyluhan gizi terhadap keluarga (A.H. Markum, 1991).
Pemberian terapi :
1.      Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian parenteral adalah sebagai berikut :
a.       Jumlah cairan adalah : 200 ml/ kgBB/ hari untuk kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor.
b.      250 ml/ kgBB/ hari untuk marasmus.
c.       Makanan tinggi kalori tinggi protein 3,0-5,0 g/kgBB.
d.      Kalori 150-200 kkal/ kgBB/ hari.
e.       Vitamin dan mineral, asam folat peroral 3x5 mg/hari pada anak besar.
f.       KCL oral 75-150 mg/ kgBB/ hari. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/ kgBB/hari.
2.      Perbaiki diit :
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori atau protein :
Modisco I, II dan III memenuhi syarat-syarat tertentu.
Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan (2,5 – 5 – 7,5) + glukosa 5 %, disusul dengan modisco ½. I, II, III.
3.      Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1 kali.
Vitamin B kompleks, C, A, D tetes per oral.
4.      Bila perlu beri tranfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
5.      Pengobatan penyakit penyerta/penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan gangguan pembekuan darah ada kemungkinan infeksi kuman gram negative serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai kekurangan vitamin A.
6.      Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15 mg/kg/hari dibagi 2 kali.
7.      Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8.      Control di poliklinik anak.
(Ratna Indrawati, 1994).










KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan mengnalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnose keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan dan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien, sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboraturium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) wawancara (yaitu berupa percakapan guna memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama).
a.       Anamnesa
1)         Identitas pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, BB, TB saat pengkajian, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, umur orang tua, agama, jumlah saudara kandung, jumlah anggota keluarga, alamat rumah.
2)         Riwayat penyakit sekarang
Kapan anak mulai menampakkan tanda-tanda penyakit kwashiorkor ini, seperti mulai kapan kulit anak mengelupas, rambut berubah warna, tampak edema seluruh tubuh, diare dan bagaimana nafsu makan anak.
3)         Riwayat kesehatan
Riwayat pre natal selama masa hamil, riwayat natal, keadaan saat persalinan, dengan menolong persalinan, berat badan dan panjang badan saat lahir, keadaan setelah lahir, riwayat neonatal, riwayat imunisasi dan riwayat tumbang.
4)         Riwayat penyakit dahulu
Apakah anak menderita penyakit sampai diopname, penyakit apa dan berapa lama dirawat serta bagaimana pengobatannya.
5)         Riwayat keluarga
Apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung dan DM.
6)         Pola-pola fungsi kesehatan
a)         Pola nutrisi : bagaimana pola makan sehari-hari anak, jenis makanan yang dikonsumsi dan bagaimana nafsu makan.
b)         Pola eliminasi : bagaimana aktivitas eliminasi alvi dan miksi sehari-hari, apakah ada keluhan, adakah diare, berapa lama.
c)         Pola aktivitas : kebiasaan aktivitas kegiatan yang dilakukan sehari-hari, apakah ada gangguan aktivitas setelah sakit.
d)        Pola istirahat dan tidur : berapa lama anak biasa tidur, apakah ada gangguan atau tidak.

b.      Pengkajian fisik
1)         Keadaan umum yang meliputi : kesadaran composmentis, lemah, rewel, kebersihan kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu dan pernapasan.
2)         Kepala : lingkar kepala, warna rambut, UUB sudah menutup atau belum.
3)         Muka : sembab karena edema, tampak moonface.
4)         Mata : apakah ada ikterus, anemia ataupun infeksi pada mata.
5)         Telinga : apakah ada tanda-tanda infeksi.
6)         Hidung : apakah ada secret, bagaimana pernapasannya, terpasang sonde.
7)         Mulut : stomatitis, lesi, mukosa bibir, gigi tumbuh.
8)         Tenggorokan : apakah ada tanda pembesaran tonsil, tanda-tanda peradangan.
9)         Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk, pembesaran kelenjar limfe.
10)     Torax : apakah ada lingkar dada, adakah tarikan dinding dada, wheezing, ronchi.
11)     Abdomen : apakah ada meteorismus, asites, bising usus, apakah ada pembesaran hepar.
12)     Extremitas atas : lingkar lengan atas, akral hangat, edema.
13)     Extremitas bawah : edema.
14)     Kulit : adakah crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, edema.
c.       Pemeriksaan penunjang
1)         Pada pemeriksaan laboraturium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan system eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
2)         Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
3)         Pemerikssan urin
Pemeriksaan urin meliputi urin lengkap dan kultur urin
a)    Uji faal hati
b)    EKG
c)    X foto paru
d)   Konsul THT : adanya otitis medis
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data dikelompokkan yang meliputi data subyektif dan obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan mengkaitkan, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien. Selanjutnya diidentifikasi sesuai dengan prioritas masalah-masalah yang mengancam jiwa, merusak system jaringan maupun merusak fungsi organ
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan kwashiorkor adalah:
a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan protein yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
b.      Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan ppeningkatan kehilangan akibat diare
c.       Gangguan penurunan berat badan berhubungan dengan asupan protein yang tidak adekuat
d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisiensi protein, dehidrasi dan posisi klien

3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
Penentuan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan yang telah ditentukan. Rencana ini disusun dengan melibatkan klien secara maksimal dan dengan petugas lain yang melayani klien. Unsur tahap pelayanan ada 4 yaitu: memprioritaskan masalah, perumusan tujuan, penentuan tindakan keperawatan dan penentuan kriteria evaluasi.
a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia, dan diare.
Tujuan : klien akan menunjukkan peningkatan status gizi
Kriteria hasil : keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan bantuan perawar, keluarga klien dapat ,mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.

INTERVENSI
RASIONAL
1.             Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jeniis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
2.             Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.


3.             Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi


4.             Timbang BB, Ukur LILA dan tebal lipatan kulit setiap pagi
1.             Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi


2.             Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam pemulihan status nutrisi klien
3.             Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi
4.             Menilai perkembangan masalah klien


b.      Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Tujuan: klien akan menunjukkan keadaan dehidrasi yang adekuat
Kriteria hasil: asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi. Tidak ada tanda gejala dehidrasi (TTV dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1x /24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
INTERVENSI
RASIONAL
1.                  Lakukan observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi
2.                  Jelaskan kepada keluarga klien tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/ selang sonde.
3.                  Kaji perkembangan keadaan dehidrasi klien
4.                  Hitung balance cairan
1.                   Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan
2.                   Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terapi rehidrasi



3.                   Menilai perkembangan masalah klien
4.                   Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya

c.       Gangguan penurunan berat badan berhubungan dengan asupan protein yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria hasil : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. Perkembangan motorik, bahasa kognitif dan personal sosial sesuai standar  usia.
INTERVENSI
RASIONAL
1.                  Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
2.                  Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai program terapi diet pemulihan


3.                  Lakukan pengukuran antropometrik secara berkala
4.                  Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien


5.                  Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (puskesmas/posyandu)
1.             Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak

2.             Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan
3.             Menilai perkembangan masalah klien

4.             Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial
5.             Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada



d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisiensi protein, dehidrasi dan posisi klien
Tujuan: integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil: gatal hilang/ berkurang, kulit kembali halus, kenyal dan utuh
INTERVENSI
RASIONAL
1.             Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin
2.             Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaina anak bila basah atau kotor dan kulit anak tetap kering
3.             Anjurkan kepada klien makan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung protein
1.                  Mencegah ulkus dekubitus


2.                  Mencegah iritasi kulit dan mengurangi gatal


3.                  Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi



4.      EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keprawatan menyangkut pengumpulan data obyekstif dan data subyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Evaluasi yang diharapakan dari kasus ini adalah:
a.       Kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.      Diare dan muntah teratasi serta adekuatnya masukan makanan dan cairan sehingga tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh
c.       Kebutuhan protein dapat terpenuhi secara adekuat sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
d.      Kulit kembali halus dan utuh serta terbebas dari kerusakan integritas kulit










DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, dkk. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:FKUI
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Behrman, RE. Dkk.1994. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Yulianni Rita & Suriyadi. 2006. Askep Pada Anak. Jakarta :EGC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan congenital dislocation of the hip

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Fraktur

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Marasmus