Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Asma
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucap syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah “ ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA” ini dapat
terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan
rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
1.
Susi TRT.,
S.Kep., Ns., M.Kes. yang mengampu Mata Kuliah Keperawatan
Anak,
2.
Rekan–rekan dan semua pihak yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dorongan
sehingga terwujud makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah
kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak.
Kejadian asma meningkat di hamper seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai
penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi
gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya
serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Akibatnya kelainan ini kadagkala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade kuat.
Umumnya gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan
mengi (nafas yang berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah
anak-anak yang menunjukkan batuk dan / atau mengi yang timbul secara episodik,
cenderung pada malam / dini hari , musiman, setelah aktivitas, serta adanya
riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarganya.
- Tujuan
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini ialah agar
mahasiswa maupun masyarakat mengerti dan memahami isi dari makalah ini.
2. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini ialah agar
mahasiswa mengerti tentang asma pada anak
BAB II
KONSEP DASAR
- Pengertian
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni
saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi berupa serangan asma
(Ngastiyah, 2005).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di
sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus
lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat
reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
- Anatomi dan fisiologi pernafasan
1.
Anatomi saluran nafas
Gambar 1
Organ-organ pernafasan
a.
Hidung
Merupakan saluran udara
pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Hidayat, 2006).
b.
Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
c. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d.
Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia
yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.
e.
Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea
yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
f.
Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh
yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya ± 90 meter persegi, pada
lapisan inilah terjadi pertukaran udara.
Pernafasan (respirasi) adalah
peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai
sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,
menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri
dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan
dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan
memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung.
Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai
ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2
yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh
yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.
Proses pernafasan :
Proses
bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah
satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-otot
pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi
terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus
lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan
rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses
fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi
kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu
respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida
yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh
paru-paru (Price, 2005).
- Patofisiologi
1.
Etiologi
Adapun faktor penyebab dari
asma adalah faktor infeksi dan faktor
non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri
sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani
dan psikis (Mansjoer, 2000).
2.
Proses terjadi
Faktor-faktor penyebab seperti
virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan
psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast
yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin
dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2
ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang
akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2
dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi
primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga
menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah
gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan
hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
3.
Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang
ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau
sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas
cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
4.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul
yaitu bronkitis berat, emfisema, atelektasis, pneumotorak dan bronkopneumonia.
- Pathways
BAGAN 1
Web of Caution (WOC) Asma
- Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak
corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada
asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak ³
6 tahun.
b. Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
2.
Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat
eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia
kemungkinan bukan asma .
3.
Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan
derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan
dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru
adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan
kuat).
4.
Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang
banyak didapat di daerahnya.
- Penatalaksanaan Medis
1. Oksigen 4 - 6 liter / menit
2. Pemeriksaan analisa gas darah
mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen.
3. Anti inflamasi
(Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.
4. Antibiotik diberikan
berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5. Pemberian obat ekspektoran
untuk pengenceran dahak yang kental
6. Bronkodilator untuk menurunkan
spasme bronkus/melebarkan bronkus
7. Pemeriksaan foto torak
8. Pantau tanda-tanda vital
secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan dapat segera tertolong.
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan. Diagnosa keperawatan yang muncul : (Carpenito, 2000 & Doenges,
1999)
1.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
3.
Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen.
5.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
6.
Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi.
- Perencanaan Keperawatan
Rencana
keperawatan yang dapat disusun untuk pasien asma yaitu: (Doenges, 1999).
1. Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas
efektif
Rencana tindakan :
a.
Ukur vital sign setiap 6 jam
Rasional : Mengetahui perkembangan pasien
b.
Observasi keadaan umum pasien
Rasional
: Mengetahui efektivitas perawatan dan
perkembangan pasien.
c.
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional
: Takipnea, pernafasan dangkal dan
gerakan dada tidak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada
dan/atau cairan paru.
d.
Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional:
Bunyi nafas bronkial (normal pada
bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi
terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan
cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
e.
Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional
: Nafas dalam memudahkan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas
pasien.
f.
Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional : Air hangat dapat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
g.
Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional
: Memungkinkan upaya napas lebih
dalam dan lebih kuat serta menurunkan
ketidaknyamanan dada.
h.
Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan
antibiotik
Rasional
: Bronkodilator untuk menurunkan
spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid
yaitu anti inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine.
Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk
mengontrol infeksi pernafasan.
2. Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran
gas efektif.
Rencana tindakan :
a.
Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasonal
: Penurunan keadaan umum dan
perubahan vital sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan
pasien.
b.
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional : Sianosis menunjukkan vasokonstriksi,
hipoksemia sistemik.
c.
Pertahankan istirahat tidur
Rasional
: Mencegah terlalu lelah dan
menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
d.
Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional
: Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
e.
Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan PaO2
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2
Tujuan : Aktivitas dapat
ditingkatkan
Rencana tindakan :
a.
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional
: Menetapkan kemampuan/kebutuhan
pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.
Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional
: Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan
c.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional
: Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
d.
Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional:
Pasien mungkin nyaman dengan kepala
tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal
e.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi
adekuat
Rencana tindakan:
a. Timbang berat badan setiap
hari
Rasional : Memberikan
informasi tentang kebutuhan diet
b. Beri penjelasan tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional
: Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya
nutrisi pada proses pertumbuhan
c. Anjurkan memberikan makan
dalam porsi kecil tapi sering
Rasional
: Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan
cepat bosan
d. Ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
Rasional
: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress
dan lebih kondusif untuk makan
e. Anjurkan menghidangkan makan
dalam keadaan hangat
Rasional
: Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan
dan meningkatkan nafsu makan
5. Nyeri (akut) berhubungan
dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
Tujuan : Nyeri,
berkurang/terkontrol.
Rencana tindakan:
a. Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa
serangan asma .
b. Observasi vital sign setiap 6
jam
Rasional
: Perubahan frekuensi jantung atau
tekanan darah menunjukkan bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain
untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
c. Berikan tindakan nyaman
seperti relaksasi dan distraksi
Rasional
: Menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek terapi analgetik
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan kenyamanan/istirahat umum
6. Ansietas orang tua berhubungan
dengan perubahan status kesehatan, kurangnya informasi
Tujuan:
Kecemasan orang tua
berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah, orang tua memahami kondisi
pasien.
Rencana
tujuan :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang
tua dan kecemasan orang tua
Rasional
: Untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki orang tua dan kebenaran informasi yang didapat
b. Beri penjelasan pada orang tua
tentang keadaan, pengertian, penyebab, tanda gejala, pencegahan dan perawatan
pasien.
Rasional
: Memberi informasi untuk menambah
pengetahuan orang tua.
c. Jelaskan setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan
Rasional : Agar orang tua mengetahui setiap
tindakan yang diberikan.
d. Libatkan orang tua dalam
perawatan pasien
Rasional : Orang tua lebih kooperatif dalam
perawatan.
e. Beri kesempatan pada orang tua
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui
Rasional : Orang tua bisa memperoleh informasi yang
lebih jelas.
f. Anjurkan orang tua untuk
selalu berdoa
Rasional : Membantu orang tua agar lebih tenang
g. Lakukan evaluasi
Rasoional:
Mengetahui apakah orang tua sudah
benar-benar mengerti dengan penjelasan yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
(2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh
tanggal 29 Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa
keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Doenges, M.E.(1999). Rencana Asuhan
Keperawatan. (Edisi 3). Jakarta: EGC
Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap
Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar
Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC
Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Surabaya: Salemba Medika
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2).
Jakarta: EGC
Nursalam. (2001). Proses dan
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price,
S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Zainal, A.H. (1999). Pengantar
Keperawatan Profesional. Jakarta: Yayasan Bunga Raflesia
Ka, untuk patonya dari buku apa ya?
BalasHapus